Minggu, 20 Januari 2013


BAB IV
SISTEM PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TRADISIONAL APLIM APOM
      a.            Sistem Pendidikan Tradisional
             I.            Ap Iwol
a.      apiwol
Apiwol (Bahasa Ngalum) adalah bangunan rumah adat dari marga/sub marga tertentu. Setiap marga/sub marga memiliki Apiwol masing-masing. Fungsi dari Apiwol adalah tempat menyimpan benda-benda pusaka, pusat rahasia hidup suatu marga/sub marga, tempat pendidikan pendewasaan bagi kaum laki-laki. Misalnya Uropmabin dilarang masuk ke Apiwol Siktaop begitu juga sebaliknya kecuali ada marga/sub marga tertentu yang dianggap orang yang netral bisa mengetahui rahasia hidup, benda suci/sakral dari marga/sub marga tertentu, misalnya yang dianggap netral adalah marga Mimin. Kaum laki-laki yang belum didewasakan (Inisiasi) dan semua kaum perempuan tidak diperkenankan untuk mendekati lingkungan sekitar Apiwol  apalagi  masuk bangunannya. Aktivitas yang dilakukan di Apiwol adalah upacara ritual seperti syukuran, pemberkatan, penguatan dan pendewasaan.
          II.            Pendidikan Bokam
b.      Bokam
Bokam (Bahasa Ngalum) adalah bangunan rumah/ tempat tidur khusus bagi kaum laki-laki tetapi tidak terbatas pada suatu marga/submarga tertentu. Bokam tidak menyimpan rahasia-rahasia penting/ benda sakral, sehingga kaum laki-laki yang belum diinisiasikanpun bisa tidur di Bakom. Tempat ini lebih banyak dihuni kaum remaja dan dewasa yang belum menikah.
       III.            Pendidikan aip
c.       Aip
Pengertian Aib (Bahasa Ngalum) secara umum adalah bangunan atau rumah tetapi Aip juga merupakan salah satu nama dari 4 jenis rumah suku  Kupel,Ngalum. Jadi Aip yang dimaksud  adalah pusat perekonomian keluarga, tempat tinggal orang yang sudah berkeluarga, tempat tinggal anak-anak yang belum diinisiasikan secara adat, tempat bertemunya orang tua, dewasa, remaja dan anak anak. Seorang anak laki-laki yang sudah diinisiasikan secara adat dan orang dewasa bujang bisa dapat beraktivitas di Aip tetapi tidak diperkenankan untuk tidur, begitupun dengan perempuan yang sedang menstruasi tidak diperkenankan untuk masuk ke Aip selama masa menstruasi.  


       IV.            Pendidikan Sukam
d.      Sukam (apdikip)
Pendidikan sukam (Bahasa Ngalum) membekali perempuan dengan pola hidup adat Aplim Apom sehingga mampu melakukan segala nilai-nilai yang diberikan Atangki. Pendidikan sukam merupakan pendidikan yang khusus bagi perempuan dan pendidik atau pembinanya adalah  ibu kandung, ibu-ibu yang dituakan atau dianggap mempunyai kapasitas. Pendidikan ini lebih banyak dilakukan seorang ibu terhadap anak perempuan secara rutin sehingga apa yang diajarkan melekat pada dirinya dan menjadi bekal yang tidak terpisahkan dalam hidupnya. Pendidikan ini lebih pada bagaimana seorang ibu mengajarkan anak perempuannya menyikapi ketika masa menstruasi tiba atau proses persalinan dilakukan. Semua proses yang dilakukan menjadi rahasia hidup bagi perempuan sehingga tidak diketahui oleh laki-laki. Berikut langkah-langkah yang dilakukan seorang perempuan ketika masa menstruasi tiba. Memberitahukan kepada orang tua, saudara atau teman dekat. Seorang perempuan diharuskan tinggal di sukam selama masa menstruasi, artinya perempuan tidak tinggal di Aip dan segala kebutuhan makan dan minum diantar dari Aib ke Sukam oleh perempuan.  Seorang perempuan tidak bekerja selama masa menstruasi. Seorang perempuan tidak beraktivitas atau tinggal bersama laki-laki selama masa menstruasi. Setelah masa menstruasi selesai bisa dapat kembali ke Aip akan tetapi kurang lebih 2 hari dilarang untuk berdekatan dengan laki-laki karena dianggap belum bersih normal. Dan  Apdikip (Bahasa Ngalum) adalah bangunan rumah/tempat tidur bagi perempuan yang sedang menstruasi dan tempat persalinan ibu hamil. Selama menstruasi perempuan tidak diperkenankan untuk ke Aip dan tidak mendekati atau melakukan aktivitas bersama laki-laki.
  
1.     Tari Tarian Adat
I.                  OKSANG
Atangki (Allah) menciptakan manusia di Aplim Apom dan memberikan karuniaNya untuk hidup sesuai dengan harapan, yaitu hidup bersosial dalam menjaga, mengelolah seluruh ciptaanNya. Salah satu karunia Atangki yang kita rasakan adalah tarian oksang. Tarian oksang adalah tarian khas suku Ngalum yang dimainkan oleh sekumpulan orang bertujuan untuk memupuk cinta persaudaraan, perdamaian, dan kesejahteraan. Tarian oksang dapat dibagi menjadi dua yaitu; oksang aip (dalam bangunan) oksang mangol (diluar bangunan). Tarian oksang mempunyai makna politik, ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan yang tentunya bermanfaat bagi kehidupan manusia Aplim Apom. Tujuan utama pendirian bangunan oksang aip adalah untuk meningkatkan perekonomian rakyat. Tarian oksang tidak asing bagi orang Aplim Apom terutama bagi suku Ngalum karena satu-satunya tarian khas suku Ngalum  yang populer adalah tarian Oksang, namun apakah generasi suku Ngalum sekarang telah menguasai tarian oksang?. Berikut kami uraikan domain kognitif  terhadap tarian oksang sehingga orang Ngalum benar-benar dapat mengetahui sejauh mana level kognitifnya.
1.      Pengetahuan (Knowledge). Orang yg berada di level ini bisa menguraikan definisi dari oksang, dan karakteristik oksang. Level ini seseorang belum bisa memaknai dan menari tarian oksang.
2.      Pemahaman (Comprehension). Orang yang berada di di level ini bisa memahami dan memaknai tetapi belum bisa menari tarian oksang.
3.      Aplikasi (Application). Ditingkat ini seseorang mampu merangkum mengaplikasikan/ menari tarian oksang.
4.      Analisis (Analysis). Di level ini seseorang akan mampu memilah-milah tarian atau bangunan tarian oksang yang baik dan buruk, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab kegagalan ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.
5.      Sintesis (Synthesis). Di tingkat ini seseorang mampu memberikan solusi permasalahan yang terjadi di tarian oksang berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas tarian oksang.
6.      Evaluasi (Evaluation). Di tingkat ini seorang mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, dan nilai ekonomis. Setelah mengetahui domain kognitif, kira-kira rekan-rekan pembaca masuk level mana?. Domain kognitif diatas hanya menguraikan kognitif rekan-rekan pembaca tentang tarian oksang. Banyak yang sudah berada dilevel kognitif yang paling tinggi dari penulis, akan tetapi tidak mengurangi rasa optimisme penulis sebagai putra daerah Aplim Apom akan terus mencoba menggali suatu rahasia dibalik tarian oksang. Tarian oksang adalah industri profit yang berkembang sejak awal penciptaan manusia di Aplim Apom. Mengapa dikatakan profit?, karena bangunan oksang dipakai untuk mencari keuntungan, walaupun tidak terlihat secara jelas karena lebih menonjol pada jasanya. Misalnya, tamu undangan penari oksang selalu membawa imbalan/ benda-benda berharga untuk memberikan kepada pemilik oksang aip dan sebaliknya pemilik menyiapkan barang-barang berharga untuk tamunya, jadi terjadilah barter.



MANUSIA APLIM APOM SEBELUM PERADABAN
BAB I
PENDAHULUAN

Aplim Apom adalah tempat dimana Atangki ( Allah ) menciptakan manusia pertama dan alam semestanya. Aplim Apom atau orang lebih sering menyebut puncak mandala merupakan dua gunung ternama di Kabupaten Pegunungan Bintang Provinsi Papua. Menurut mitos masyarakat Kabupaten Pegunungan Bintang, mereka diciptakan di sana dan menempatkan di setiap pinggiran sungai-sungai di wilayah barat, timur, utara dan selatan dari gunung Aplim Apom. Sejumlah sungai yang dimaksud adalah Okpapi, Oksop/Digul, Okbi, , Okbab ,Okyip, Oknangul, bime, Meme, Borme, Bime,Tanime, Eipomek, Okbem, Oktau, Oktahin,dsb. Dengan demikian mereka disebut manusia Aplim Apom artinya dari sanalah awal mula mereka diciptakan. Sejak turun temurun manusia Aplim Apom bertumbuh dan berkembang menjadi 7 suku besar yaitu; Kupel, Ngalum, Murob, Kambom, Kimki, Lepki, una ukam.
Pemahamannya tentang kisah penciptaan manusia harus di akui bahwa suku-suku di sana diciptakan oleh Atangki (Allah) digunung Aplim Apom. Kisah penciptaan suku-suku tersebut belum didokumentasikan maka tulisan ini tidak membutuhkan suatu kajian pustaka untuk mendukung penulisan ini, namun lebih berdasarkan pada suatu kegiatan yang bersifat ilmiah dengan interview langsung dengan pihak-pihak yang mempunyai kapasitas seperti kepala-kepala Apiwol atau kepala-kepala suku,(Rumah Adat).









BAB II
LETAK GEOGRAFIS APLIM APOM DAN WILAYAHNYA
A.    Keadaan Iklim

Keadaan iklim di Aplim Apom (puncak mandala) Kabupaten  Pegunungan Bintang  adalah iklim  tropis.  Oleh karena itu pada keadaan iklim tropis ini pada waktu pagi hari dan malam hari. Keadaan iklim secara umum suhu  berkisar antara 22 0C -49 0C. Keadaan iklim di masing-masing kutup: kutup Utara, Selatan, Timur, Barat. Pada kutup Utara pada siang suhu berkisar antara 20 0C -35 0C dan pada malam hari 23 0C -34 0C  sedang pada lintang Selatan suhu berkisar antara 27 0C -39 0C pada malam hari 24 0C -40 0C dan  pada lintang Timur suhu berkisar 25 0C -35 0C , kutup Barat suhu pada siang hari  berkisar antara 22 0C -34 0C, malam hari suhu berkisar antara  250C -350C. Maka dapat di lihat dari suhu masing-masing kutup, dapat mengambarkan bahwa  di suku Kupel-Ngalum di kabupaten pegunungan bintang  sangat bervariasi keadaan iklimnya  antara pagi hari dan malam hari.  Sehingga dapat dikatakan iklim tropis.  Oleh karena itu, manusia Aplim Apom (puncak mandala) kebanyakan  melakukan aktivitas pada pagi hari dan siang hari sedangkan pada malam hari yang melakukan akativitas hanya sedikit orang. Dalam hal ini orang melakukan aktivitas siang antara lain :  berkebun ,mandi dan melakukan aktivitas lainnya.
Oleh sebab itu waktu untuk melakauakan kegiatan sesuai dengan berat ringannya jenis kegiatan yang dilakukan artinya bahwa bila pekerjaannya berat orang akan melakukan kegiatan pada hari hingga sore hari dan sebaliknya bila pekerjaan ringan akan melakukan kegiatan pagi,siang,dan sore hari.  Kebanayakan waktu yang dipakai oleh masyarakat Aplim-Apom adalah matahari karena kebiasaan yang mengikuti arah matahari. Dengan demikian matahari untuk menghitung waktu tergantung pada posisi matahari. Untuk menghitung waktu melihat posisi bayangan orang tersebut antara lain jam enam (6) pagi, jam Sembilan (9) pagi , jam dua belas (12) siang dan jam tiga (3) sore  berdasarkan terbitnya matahari dan terbenamnya matahari. Namun khusus  untuk sore hari biasa ditandai dengan teriakan suara jangkrik (Nganam : sebutan bahasa Ngalum), saatnya mau pagi bias juga diketahui dengan siulan  burung (Nal Wengkaldon : sebutan bahasa Ngalum), di daratan dan sepanjang sungai dengan siulan burung yang berbeda dari berbagai macam burung.
Kemudian pada saat tiba musim apa saja dapat di tandai dengan ada tanda-tanda tertentu yang nyata maupun tidak nyata dapat di rasakan oleh masyarakat setempat misalanya, musim hujan, musim kemarau, dan musim semi. Karena masyarakat suku Kupel-Ngalum sudah terbiasa sehingga bila tiba musim seperti di atas bukan kejadian aneh bagi masyarakat dan masyarakat dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi musim tersebut.
Pada musim hujan masyarakat Aplim Apom (pegunungan bintang) tidak melakukan banyak aktivitas karena pada musim hujan ini semua jalan menuju tempat aktivitas  dapat dipenuhi oleh air hujan, dapat menyebabkan kebanjiran serta naiknya lumpur di sepanjang jalan. Lalu pada musim hujan seperti ini suhu dapat di perkirakan mencapai 20 0C -30 0C. Sedangkan pada musim kemarau masyarakat setempat dapat melakukan aktivitas antara lain: berburuh, bertani,dll, karena pada musim ini suhu dapat diperkirakan mencapai 35 0C -48 0C. sehingga masyarakat bila berada di rumah merasakan kepanasan lebih dari suhu tubuh normal maka lebih banayak mencari tempat-tempat yang mereka merasa aman misalanya di sepanjang sungai, hutan. Kemudian pada musim kemarau mereka melakukan aktivitas seperti pada musim hujan dan musim semi suhu di perkirakan mencapai 24 0C -49 0C.

B.     Keadaan Demografi

Letak keadaan demografi  dapat di lihat dari suatu aksioma bahwa setiap peristiwa sejarah senantiasa memiliki lingkup temporal dan spasial (waktu dan ruang) dimana keluruhannya merupakan factor yang membatasi fenomena sejarah tertentu sebagai unit atau kesatuan. Karena demikian sejarah dan geografi terkait ibarat kaitannya dengan : pelaku, waktu dan ruang secara terpadu. Dengan demikian letak geografis di suku Kupel-Ngalum Kabupaten Pegunungan Bintang dibawah gunung puncak mandala (Aplim-Apom) dengan ketinggian berkisar antara ± 9.400 kaki dari permukaan laut. Kemudian ibukota kabupaten pegunungan bintang tepatnya  di oksibil.  
Letak wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang, dibagian Selatan berbatasan langsung dengan  Kabupaten Merauke dan beberapa kabupaten lain kemudian bagian Timur berbatasan langsung dengan Negara tetangga Papua New Guinea, bagian Utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Keroom, kabupaten Jayapura serta bagian Barat bebatasan langsung dengan Kabupaten Yahukimo.  Kabupaten Pegunungan Bintang  mempunyai potensi alam yang sangat besar. Potensi alam yang dimiliki oleh Kabupaten Pegunungan Bintang antara lain : aneka tambang, rotan, damar, buah pandan, buah merah dan masih banyak potensi alam yang terkandung di tanah aplim apom sedangkan potensi sumberdaya manusia yang berpendidikan mencapai 80 % dan non berpendidikan 20 %. Tanah Aplim-Apom juga mempunyai daerah yang sangat luas dan setiap distrik serta kampung dapat dibatasi oleh berbagai macam gunung dan sungai. Setiap manusia Aplim-Apom mempunyai ciri khas dari 6 suku yang ada di Kabupaten Pegunungan Bintang dan dari 6 suku ini terdiri dari ± 32 distrik. Untuk itu salah jalan yang ditempuh oleh pejabat dan masayarakat kabupaten pegunungan bintang untuk menjangkau dari satu distrik ke distrik lain atau dari Jayapura-Sentani ke Oksibil atau ke distrik langsung adalah pesawat udara. Kemudian untuk  antar distrik dan kampung dapat ditempuh dengan jalan kaki selama 2 jam-12 jam bahkan 1-3 hari. Oleh karena itu masyarakat Aplim-Apom melakukan kegiatan dari pagi sampai sore saja, karena sebagian besar distrik dan kampung tidak  mempunyai penerangan untuk  melakukan aktivitas pada malam hari. Mata pencarian masyarakat Aplim-Apom adalah berburuh(Kukus, Burung, Babi Hutan dan sebagainya) sedangkan para petani hanya berkebun. Kehidupan masyarakat Aplim Apom tidak terlepas dari alam karena alam dalam hal ini kepercayaan lebih percaya pada masing-masing suku sesuai ciptaan Tuhan (Atangki).

KISAH SEJARAH PENCIPTAAN MANUSIA APLIM APOM
DARI APIWOL-APIWOL MASING-MASING 
A. PENDAHULUHAN
Setiap Suku Bangsa di Dunia merajut kisahnya dalam bentuk Cerita, Puisi, Lagu,  Legenda dan Pantun bahkan legenda itu dirajut serta diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari berupa Tradisi Budaya, Adat Istiadat, Hukum atau Norma sebagai acuan suatu Tata Nilai Kemasyarakatan, maka di Kabupaten Pegunungan Bintang  adalah suatu Kabupaten yang terdiri dari berbagai kisa cerita tentang kebudayan dari penciptaan sampai sekarang masih menjadi misteri atau belum diketahui oleh suku-suku lain dari suku pegunungan bintang? dan merupakan masyarakat memilki beragam bahasa/dialek,  yang berlandaskan pada satu ideology dan fisalsafat hidup adat istiadat, Sedang keberagaman sertifikasi sosial masyarakat, ada suku, ada klent/marga,  ada rumah adat, dan masyarakat setemapat, alam yang tampak dalam kisah 1000 cerita yang belum di dokumentasikan,  kisah cerita yangmerupkan suatu nilai kehidupan social yang tampak di dalam kehidupan suku Aplim Apom yang bisa kita jumpai dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dari orang tua  sampai pada anak-anak, supaya kisah ceriata ini dapat bertahan dan dapat hidup dalam pengaru Modern sekarang ke depan maka penulis kembangkan sebua wacana  yang disepakati oleh seluruh masyarakat Aplim-Apom, untuk itu diperlukan peran intelektual yang kuat dan peran seluruh masyarakat Aplim Apom untuk dapat memadukan dan menggerakan berbagai potensi yang ada guna mendokumentasikan kisah penciptaan yang menjadi nilai dan norma kehidupan suku aplim-apom dalam  sebuah cerita yang dalam bentuk Buku  agar bisa bertahan, bisa dilihat, diransahkan oleh seluruh manusia, Dalam hal ini peran intelektual sangat di perlukan menggerakan masyarakat untuk melakukan suatu gajian teoritis dan penulisan kisah ceriata pencitrahan suku Aplim apom, untuk itu pada kesempatan ini, kami berbicara mengenai kisah penciptaan suku Aplim-Apom terdapat dalam system teradisional  yang berada di Kabupaten Pegunungan Bintang, untuk mengidentifikasi persoalan mengenai penciptaan Manusia tradsional Aplim Apom, dalam penulisan penulis menelah tentang Ideologi, filsafat, Rumah-rumah adat Aplim-Apom,  Marga/klent dan batas-batas Hak hulayat adat Aplim Apom yang terdapat di Kabupaten Pegunungan Bintang.

B. GAMBARAN UMUM
Gambaran umum sejarah penciptaan yang harus dipahami adalah suku Aplim Apom yaitu setelah Manusia Aplim-Apom yang di ciptakan oleh Atangki, Lalu Atangki memberi mereka Ilmu pengetahuan dan harta maka darisanalah Manusia pertama ini bergerak dari ulki menuju keseluruh tempat di mana orang asli Aplim-Apom tinggal menetap, Manusia pertama yang diciptakan oleh Atangki ini deberi nama “isomka” untuk pria dan untuk perempuan di berinama “iyonkora”, menurut penceritaan para tua-tua adat ada yang mengatakan mulai bergerak dari barat ke ara selatan kemudian ke timur, ke utara dan kembali ke tempat yang awal penciptaan dan ada yang mengatakan dari arah barat ke timur, dari visi dan misi perjalanan ini, isomka dan iyonkora mereka mulai membagi ilmu pengetahuan dan harta yang mereka milki kepada Anak-anak mereka, yang mereka lahirkan selama dalam perjalanan atau yang mereka lahirkan selama masih di ulki. Ilmu Pengetahaun dan harta kekayaan yang bersifat fisik maupun non fisik, sebagai landasan atau sumber hidup Anak-anak mereka dan cucu-cucu mereka di masa yang akan datang, adapun pembagian harta kekayaan yang fisik yang tampak jelas bisa kita lihat yaitu Apiwol, Tanah, air dan  non fisik misalanya ilmu pengetahuan tentang Adat istiadat dan pengetahuan tentang pengolahan sumberdaya alam hayati dan non hayati dan pengetahuan tentang batas-batas wilayah sebagai kekuasaannya.
APIWOL berasal dari  bahasa ngalum yang berati rumah adat  dan selalu di asosiasikan menjadi Aip yang artinya rumah, I yang artinya mereka dan  Wol yang artinya jan di asumsikan menjadi “rumah yang memberi mereka jalan kehidupan”, sebagai hak perwalian yang  mewakilih hak hulayat harta warisan nenek moyang. Konsep tentang terjadinya Apiwol-apiwol memiliki banyak konotasi makna, variatif misalnya Tua-taua adat sering katakan saya yang menjadi yang pertama dan benar atau memiliki berbagai tifologi Apiwol-apiwol yang mewakli klent (apiwol uropmabin, apiwol kasibmabin, Apiwol setamanki, Apiwol ningdana, Apiwol nalsa, apiwol alwolka, apiwol yamsin, dll),
Kisah penceritaan kelen melalui apiwol sangat evolutif dan dinamis karena konsep kisah terjadinya manusia selalu mengalami perubahan fersi  cerita misalnya tentang gagasan-gagasan penceritaan kisah terjadinya apiwol yang pertama dan kelent atau marga pertama dari pada masa awal, pertengan dan akhir terjadi manusia Aplim Apom samape sekarang ini ada, cerita tidak sesuai dengan gagasan-gagasan kisah penciptaan  yang satu ini menjdi fariatif atau yang sebernarnya, misalnya tetang alat-alat peletakan dasar terbentuknya apiwol yang telah diberikan oleh nenek moyang mereka, persamahan pemahaman teradap kisah cerita sejarah terjadinya Manusia Aplim Apom Apiwol saling mengklaim misalnya kisah cerita apiwol maraga satu dengan apiwol marga yang lainya berbeda pendapat walaupun cerita hampir mirip
Ap-Iwol (Rumah Adat) merupakan tempat dari pusat seluruh kegiatan-kegiatan yang menyangkut ideologi, filsafat hidup suku Aplim Apom, pusat dari seluruh Ilmu pengetahuan yang menyangkut kehidupan sosial masyarakat Adat setempat berupa ekonomi maupun politik, dan pusat dari kegiatan keorganisasian masyarakat.
 Pada awal pembagian harta kepada anak-anak meraka disanalah awal dari penyebaran Apiwol di seluruh wilayah suku Aplim-Apom itu berada yang berasal dari satu nenek moyang dan sumber kehidupan yang kita pahami dalam kajian studi yang kami tulis dalam pemahaman tentang kisah-kisah  cerita penciptaan yang kita bisa jumpai dalam diri seorang Aplim-Apom atau kepala Apiwol, penceritaan Keasilaan Apiwol, ideologi, dan filsafat (yang Kas) yang berasal dari nenek moyang ini sering berbeda pendapat maupun saling  mengklaim antara Apiwol yang satu dengan Apiwol yang lain mengenai penciptaan sampai pada manusia Aplim apom itu  berada. Pemahaman tentang  perluh Apiwol di butuhkan suatu kajian studi yang melingkupi seluru Apiwol yang ada dan tersebar di wilayah suku aplim-apom yang berasal dari nenek moyang sebagai satu kesatuan, dalam mendokumentasikan kisah cerita ini, dengan bentuk mendokumentasi tulisan harus, melakukan penelitihan menyeluruh dari seluruh apiwol yang terdapat dan tersebar di suku Aplim-Apom dan tidak boleh mendokumentasikan dari satu apiwol atau satu orang kepala Aopiwol saja.
Pemahamannya tentang kisah penciptaan manusia Aplim apom harus di akui bawah suku Aplim Apom tidak berasal dari apa dan apa, tapi? Manusia Aplim Apom itu Diciptakan Oleh Atangki  (Tuhan) di Abenong Aplim Apom atau Abenong Ulki (di bagian timur puncak yamin), Dan  kisah penciptaan ini belum perna didokumentasikan maka tulisan ini tidak membutuhkan suatu kajaian pustaka untuk mendukung penulisan ini, namun lebih berdasarkan pada suatu kegiatan yang bersifat ilmiah dengan terjun langsung ke lapangan (interviu) dengan pihak-pihak yang bersangkutan yaitu kepala-kepala Apiwol.
Begitu pula dengan Kisah penceritaan  mengenai kelen atau marga itu bermula dan berkembang sampai sekarang pemahaman teraap kelent yantu diciptakan dan di karunia anak oleh Atangki maka mereka beri nama kepada anak-anak mereka dengan nama: urop, kasip, kaklar, kalak/Ning dan alwol dari anak-anak inilah mulai berkembangnya sistem marga atau klent yang bisa kita jumpai dalam diri sistem suku yang berasal di suku aplim apom.
 Nenek moyang mereka membagi  menjadi dua klompok kelen besar yang disebut dengan basen (Api) dan tukon (Air), Nenek moyang  suku Aplim-Apom berasal dari satu nenek moyang yang mana saya sebutkan diatas (isomka dan iyonkora), maka untuk pemaknaan terhadap kisah penyebaran masyarakat adat suku Aplim-Apom  lebih di harakan pada klent dan marga yang merupakan cikal bakal dari nenek moyang satu ini.
Pada awal pembagian harta kepada anak-anak disini pula ditentukan batas-batas wilayah klent/marga, batas-batas dari wilayah tersebut meliputi Ok (air) dan mangol (Tanah) yang merupakan wilayah hak hulayat marga/klent yang bersangkutan. Lambat laun sistem marga ini mulai berkembang dengan memeliki beberapa anak cabang serta penyebutan marga berbeda karena di pengaruhi bahasa dan dialek walaupun peyebutan artinya sama.
Suku Aplim-Apom terbagi atas 5 suku diantaranya suku Ngalum, suku kupel/ketengban, suku murop, suku batom dan kambom yang mempunyai wilayah dan batas-batasnya yang jelas telah di gariskan oleh nenek moyang mereka pada sahat pembagian harta sebagai harta pusaka mereka, termasuk apiwol-apiwol yang tersebar di wilayah suku Aplim Apom, apiwol-apiwol yang ada mewakili Tiap-tiap klent/marga yang merupakan berasal dari satu sumber.
 Yang perlu di gaji oleh kaum intelektual adalah sebagai berikut:
.           1.  IDEOLOGI SUKU APLIM APOM
 2.  FILSAFAT HIDUP SUKU APLIM APOM
3.  MARGA/KLENT SUKU APLIM APOM
4.FERSI CERITA MENURUT APIWOL-APIWOL  SUKU APLIM APOM
5.  BATAS-BATAS WILAYAH SUKU  APLIM APOM
6. RUMAH-RUMAH ADAT PEGUNUNGAN BINTANG
Supaya Lambat laun Apiwolo sistem budaya yang diakui sebagai sebua sistem nilai kemanusian yang paling menjajikan masah depan suku Aplim apom dan pada dasarnya sistem Apiwol sesuai dengan nilai nilai luhur Aplim Apom yang memanusiakan manusi.anggapan ini mucul karena berbagai faktor di antaranya sudah bertahan lama.